Hanya mereka yang kuat yang bisa berkorban, karena pengorbanan adalah cerminan kekuatan.
Ssesungguhnya pengabdian yang kau lakukan setiap hari, pada hakikatnya adalah proses memupuk rasa rela berkorban (ruh at-tadhhiyah). Rasakan saja engkau bangun tengah malam untuk bermunajat kepada-Nya, berarti engkau mengorbankan perasaan mengantuk dan kemalasan, mengorbankan keinginan untuk tetap berada di balik selimut yang seksi, bermanja di atas kasur yang hangat, dan melupakan tidur panjang yang menggoda.
Resapi pula saat kau yang berpenghasilan pas-pasan, tetapi tetap menyisihkan sepersekian persen untuk kau sedekahkan kepada fakir miskin atau masjid.Berarti engkau mnegorbankan beberapa keinginan yang telah menggoda isi kepalamu, demi mendepositokannya di sisi Allah Yang Maha Kaya. Engkau mengorbankan rasa pelitmu, rasa sayang kepada harta, dan kebergantungan kepada materi.
Banyangkan dirimu yang menabung betahun-tahun demi kerinduan yang tak bertepi kepada Kakbah dan rumah-Nya yang sederhana, sanggup meninggalkan anak-anakmu, menunda banyak kesibukanmu, menghentikan ambisi duniawimu, karena keyakinan yang kuat di dalam hati, bahwa sebernarnya di sisi-Nya adalah seegala kebahagiaan terbit. Menggugah sepotong kesadaran, buat apa mengejar isi dunia yang tak berujung dan tak memuaskan dahaga,sebanyak apaun yang sudah kau raih.
Hayatilah, berapa waktu yang kau sisihkan untuk membaca kitab-Nya, melafazkan hurup-hurupnya dengan tartil, mentadaburi maknanya, meresapi pesannya, dan berjuang untuk mengamalakan penuh keteguhan, adalah bentuk pengorbanan yang menerbitkan kebahagiaan yang sempurna.
Bahkan karena semuanya dari Allah, pengorbanan sebesar apapun sebenarnya masih kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar